NEW UPDATE

MENGENAL FILSAFAT CHINA

Filsafat China (Sinism) mungkin dipandang telah kuno tetapi bukan berarti ketinggalan zaman, ketika mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian kembali dunia dengan mendekonstruksikan peradaban teknomorfik berdasarkan “pemikiran kalkulatif”. 

Pandangan Sinism terhadap term krisis menyatakan kesempatan yang tersedia untuk mengatasi bahaya yang mengancam. Ekuminisme ekologi, disini Sinism menjadi bagian integral, merupakan planetarisasi bagi kesadaran ekologis dari humanitas post-modern.

Jika menerima sifat globalisasi, maka ide-ide ekofilosofi dapat ditemukan  dimana pun dan kapan pun, baik di Barat atau Timur, Selatan atau Utara, lama atau baru, dan menolak klaim para penulis Barat yang meskipun berpikiran ekofilosofis tetapi menolak relevansi pandangan ekofilosofi Oriental bagi permasalahan lingkungan dewasa ini, karena ekofilosofi diklaim berasal dari Barat.

Sebagaimana humanitas menjadi satu “keluarga” dan dunia menjadi “desa global”, maka kita harus mengesampingkan agama, budaya, dan parokialisme etnosentris demi mengejar ekofilosofi dalam mengidentifikasi tempat yang layak bagi manusia di alam dan tempat yang layak bagi alam di kota manusia, yang meneguhkan konaturalis manusia dan alam. Dalam Sinism, ekumenisme ekologis baik dalam teori dan praktik telah memperkaya visi dari tema abadi “Kesatuan yang Besar”; maka tidak mengurangi ide-ide ekofilosofi Barat dari St. Francis Asissi hingga Bubber, Heidegger, Marleau-Ponty, dan Leopold.

Ketika kita berpikir dan bertindak untuk saling menyisihkan, akan berisiko pada kerusakan dan kematian. Sebaliknya, kesediaan kita untuk menyatukan seluruh kekuatan, sentimen, opini dan pikiran yang luhur, mewujudkan tujuan dari ekumenisme ekologi untuk menciptakan kesatuan, yang memungkinkan kita berada di garda depan untuk membuat bumi aman dan nyaman, bukan hanya bagi manusia generasi sekarang dan generasi yang akan datang tetapi juga bagi segenap benda-benda di alam. Masa depan ada di tangan kita untuk mencipta dan mencipta ulang, karena kita adalah satu-satunya makhluk yang menolak untuk menjadi apa adanya.

Konfusianisme dan Taoisme mempunyai banyak penawaran untuk menciptakan filsafat hidup baru dalam harmoni dengan alam (ekumenisme ekologis). Mengutip pepatah Barat kuno: pusat kebenaran berada dimana pun dan tidak terbatas tempatnya. Semoga akan datang, lebih cepat lebih baik, hari ketika ecopiety menjadi prinsip regulatif untuk mengatur perilaku kita terhadap bumi, dunia ini, menjadi senjata moral baru bagi seluruh dunia.
.








.
    Back To Top