NEW UPDATE

Tantangan Menuju ASEAN Community 2015


Tenaga Sosial - Dalam menyongsong ASEAN COMMUNITY 2015 merupakan pekerjaan berat yang harus ditanggulangi ASEAN, demi menjadi sebuah komunitas yang solid.

Adapun Tantangan-tantangan yang akan dihadapi  Dalam menyongsong ASEAN COMMUNITY 2015 antara lain adalah :

Tantangan yang bersifat umum
  1. Untuk menjadi komunitas yang solid, ASEAN harus mampu: pertama berbagi identitas, nilai-nilai dan pengertian-pengertian, kedua menunjukkan adanya hubungan langsung yang terjadi di antara anggota komunitas, dan ketiga menunjukkan suatu resiprositas yang mengekspresikan derajat tertentu kepentingan jangka panjang dan mungkin bahkan altruisme (mementingkan orang lain). Hal ini menjadi tantangan yang luar biasa besar jika ASEAN benar-benar ingin menjadi komunitas yang solid dan kokoh terintegrasi. Ketiga hal tersebut merupakan cirri utama sebuah komunitas. Jika ASEAN ingin menjadi sebuah komunitas, maka mau tidak mau ketiga hal tersebut harus mampu ditunjukkan dan diwujudkan.
  2. Tantangan prinsip non-intervensi ASEAN. Dalam Piagam ASEAN pasal 2 ayat 2 poin e, yang berbunyi: “non interference in the internal affairs of ASEAN Member States” secara jelas tergambar suatu prinsip yang sangat mengikat, yaitu non-intervensi. Apa pun yang terjadi, ASEAN tidak dibenarkan untuk melakukan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara anggotanya. Ketika ASEAN ingin menuju sebuah komunitas, maka hal ini dianggap sebagai penghalang yang sangat besar. Prinsip non intervensi ini akan menghalangi terwujudnya satu komunitas yang solid, sebuah komunitas yang berbagi nilai-nilai dan menunjukkan satu resiprositas.
  3. Secara internal tantangan itu berupa vested interest dari beberapa anggota ASEAN. Vested interest merupakan hak yang sah dari seorang individu atau badan untuk mendapatkan akses ke harta berwujud atau tidak berwujud sekarang atau di masa depan. “The lawful right of an individual or entity to gain access to tangible or intangible property now or in the future”. Vested interest inilah yang menyebabkan beberapa negara anggota ASEAN sering bertikai. Indonesia dan Malaysia misalnya, Kamboja dan Thailand, atau Malaysia dan Thailand, semuanya merupakan gambaran bahwa vested interest menyebabkan negara-negara ASEAN walaupun secara komunal punya kesadaran bersama untuk menciptakan suatu komunitas yang solid, namun selalu dipenuhi kepentingan-kepentingan masing-masing negara. Hal inilah yang menyebabkan masing-masing negara saling bertabrakan ketika berbicara soal batas wilayah, kepemilikan atas sumber daya tertentu, dan lain sebagainya. Persoalan ini tidak kita temui di Uni Eropa misalnya. Oleh sebab itu, hal ini menjadi tantangan yang luar biasa besar bagi ASEAN untuk meninggalkan vested interest ini, atau sekurang-kurangnya mencari pemecahan yang lebih bermartabat.
  4. Tantangan dari dalam tubuh elite ASEAN sendiri. Perubahan paradigma untuk menjadikan ASEAN lebih people to people tentu akan mendapat tantangan tersendiri dari kaum elit. Kerjasama ekonomi dan politik ASEAN selama ini tentu membawa keuntungan bagi para pelaku ekonomi besar di negara-negara ASEAN. Ketika ASEAN mengubah orientasi untuk lebih people to people tentu akan banyak tantangan dari kaum elite sendiri: apakah people to people akana tetap sejalan dengan peningkatan ekonomi?
  5. ASEAN bukanlah masyarakat yang seragam, melainkan diwarnai dengan keberagaman. Hal ini tentu menjadi tantangan yang luar biasa besar bagi ASEAN. Menciptakan suatu komunitas yang solid dengan berbagai nilai-nilai dan identitas dalam keberagaman yang luar biasa heterogen akan menjadi tantangan yang luar biasa berat bagi ASEAN.
Tantangan dalam bidang politik and keamanan
  1. Salah satu tantangan datang dari lingkungan luar ASEAN. Kehadiran ASEAN diharapkan mampu menjadi pemrakarsa dan penggalang keamanan dan ketertiban dunia. Maka, keterlibatan ASEAN dalam forum-forum keamanan Asia-Pasifik atau dalam ARF (ASEAN Regional Forum) diharapkan mampu menjadi tonggak kerjasama dan penciptaan keamanan dan ketertiban di regional ASEAN dan Pasifik. Penciptaan hubungan yang harmonis dalam ARF harus dilandaskan pada dialog dan negosiasi yang lebih berkualitas. “As examples of cooperative security, both institutions are promoting the notion of security cooperation ‘with others’ as opposed to ‘against others’. 
  2. Keamanan di regional ASEAN tentu akan berimbas pada lancarnya aktivitas ekonomi dan perdagangan di kawasan ini karena Asia Tenggara meruapakan salah satu pusat perdagangan dan jalur layar internasional.
  3. Menanggulangi konflik-konflik yang terjadi di antara negara-negara ASEAN, misalnya antara Kamboja-Thailand, Indonesia-Malaysia, dan beberapa negara lainnya. Konflik-konflik ini tentu menjadi batu sandungan terciptanya keamanan regional.
  4. Sengketa perebutan kepulauan Spratly dan Paracel harus diselesaikan secara baik. Keterlibatan China yang berebut dengan Vietnam dan Filipina harus dilihat ASEAN sebagai tantangan besar untuk menciptakan keamanan di wilayah Asia Tenggara, khususnya keamanan di jalur layar Laur China Selatan.
  5. Perlindungan bagi hak-hak asasi manusia, perempuan, dan anak (human security). Lemahnya standar perlindungan HAM yang dimiliki oleh AICHR (komisi perlindungan HAM ASEAN) merupakan catatan tersendiri bagi ASEAN untuk bisa meningkatkan kualitas
  6. Persoalan Demokrasi di beberapa negara, misalnya di Myanmar.
Tantangan dalam bidang ekonomi
  1. Mengusahakan sebuah lingkungan kawasan yang kondusif bagi perkembangan ekonomi dan iklim usaha
  2. Terciptanya kesetaraan ekonomi antara negara-negara, sehingga ketika ASEAN menjadi komunitas, setiap negara mampu bersaing secara baik dalam bidang ekonomi. Singapura sudah begitu maju dalam bidang ekonomi, tetapi bagaimana dengan Laos atau Kamboja?
  3. Integrasi ekonomi kawasan yang sejalan dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap negara, misalnya dengan mewujudkan mata uang ASEAN.
  4. Terciptanya pasar ASEAN yang mampu mengimbangi kekuatan ekonomi China dalam ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), sehingga mampu membawa keuntungan yang besar bagi negar-negara ASEAN.
Tantangan dalam bidang sosial-budaya
Mampu menjadikan ASEAN sebagai tujuan wisata yang kompetitif, bukan hanya terbatas pada negara tertentu saja (Singapura, Malaysia, Thailand, atau Indonesia), tetapi melibatkan semua negara. Sehingga, konektivitas dan transportasi lintas negara ASEAN kiranya menjadi salah satu sarana paling mungkin untuk mewujudkan cita-cita ini. Pertanyaannya adalah bagaimana ASEAN mewujudkan semua itu?

Mampu memunculkan satu identitas budaya yang mampu mewakili semua negara ASEAN, sehingga secara iconic mampu dikenal di seluruh dunia, bukan hanya terbatas pada Bali saja, Malaysia saja, atau Singapura.

Admin : Andi Akbar Muzfa, SH
    Back To Top